Kamis, 18 Februari 2016

AWAS..! ANGIN DUDUK BERBAHAYA

Hari itu, Dina (32) meminta izin pulang lebih cepat dari kantornya. Sejak pagi, Dina merasa pusing dan mual. "Aku masuk angin nih," keluhnya pada Fahmi (35), suaminya melalui telepon.
Setiba di rumah, Dina memesan bubur ayam serta teh panas untuk mengurangi rasa tak enak badan yang dideritanya. Setelah kerokan, ia mengoleskan minyak kayu putih ke seluruh badannya, sebelum beranjak tidur.
Lepas senja, Dina belum bangun juga, Fahmi yang baru saja pulang kantor menengok ke kamar. Ditempat tidur, Dina memang masih telungkup, tapi... sudah tak bernafas lagi!
Wajahnya kebiruan, tampaknya Dina menahan rasa sakit sesaat sebelum menghembuskan napas terakhirnya. Selain panik, suaminya juga bingung. Sejauh diketahuinya, selama ini kondisi kesehatan Dina baik-baik saja. Bahkan istrinya itu tergolong wanita gesit yang memiliki segudang aktivitas setiap harinya, Lantas, penyakit "tersembunyi" apakah yang merenggut nyawa Dina?
Menurut dr. Djoko Maryono, DSPD, DSPJ, ahli internis dan kardiologi dari RS Pusat Pertamina, yang dialami Dina adalah Angina Pectoris. Orang-orang kita dulu biasa menyebutnya sebagai penyakit angin duduk.
"Angina Pectoris gejalanya memang mirip masuk angin biasa, hanya sedikit lebih berat. Tak mengherankan. Penyakit ini cenderung disepelekan.
Masuk angin yang satu ini ternyata bukanlah masuk angin biasa."Yang biasa disebut angin duduk sesungguhnya adalah salah satu gejala penyakit jantung koroner, yang jika tidak segera ditangani penderitanya bisa langsung meninggal hanya dalam waktu 15-30 menit setelah serangan pertama, " dr. Djoko mengingatkan.
Karena itu, kematian yang terjadi sama sekali bukan akibat kerokan atau pengolesan minyak angin, seperti yang dilakukan Dina, melainkan karena tidak terdeteksinya kelainan pada jantung penderita.
Padahal, seandainya sepulang kantor Dina langsung pergi ke Rumah Sakit atau ke dokter, dan bukannya malah kerokan dirumah yang sama sekali tidak ada hubungannya dengan sang penyakit, mungkin nyawanya masih sempat terselamatkan.
Ciri-ciri pusing, mual dan kembung yang dialami penderita Angina Pectoris memang nyaris serupa dengan penyakit masuk angin biasa. Hanya penderita juga merasakan dada sesak, nyeri dibagian ulu hati, keluar keringat sebesar jagung, serta bada terasa dingin. Sayangnya, hal ini sering tidak disadari  sebagai indikasi adanya gangguan pada jantung yang sifatnya kritis.
Menurut dr. Djoko, 20% dari keluahan Angina Pectoris yang diperiksakan ke dokter atau rumah sakit, ternyata terdeteksi sebagai penyakit jantung koroner akut. Penyakit ini merupakan gangguan pada jantung akibat adanya kelainan pada pembuluh koroner, sehingga darah tidak mampu mengantar zat-zat yang dibutuhkan oleh jaringan dinding rongga jantung. Karena itu, jika tidak terdeteksi sejak awal, penderitanya bisa mengalami sudden death.
Penyakit Angina Pectoris itu sendiri berupa perasaan tidak nyaman berkepanjangan, yang terjadi lebih dari 5 menit, akibat menurunnya tekanan darah yang memompa jantung, Akibatnya, jantung membutuhkan lebih banyak oksigen. Karena jantung tidak mampu memompa dengan sempurna, maka pembuluh darah mengadakan rekasi pemulihan berupa kontraksi guna mencukupi pengisian oksigen pada pompa jantung tadi, kontraksi itulah yang menimbulkan keringat dingin pada kulit.
Lalu, bagaimana pertolongan ketika serangan jantung terjadi pada diri sendiri ?
Banyak kejadian serangan jantung terjadi ketika orang tersebut sedang sendirian, orang tersebut merasakan jantungnya berdetak tidak normal dan mulai merasakan sakit. Anda hanya mempunyai lebih kurang 10 menit sebelum kehilangan kesadaran. Namun sebenarnya Anda bisa menolong diri sendiri dengan cara berbatung berulang-ulang dengan semangat atau kencang. Tarik nafas yang dalam setiap kali sebelum batuk (seperti membuang dahak /slim).
Menarik nafas yang dalam dan  batuk harus terus dilakukan sampai bantuan datang atau sampai detak jantung berasa normal kembali. Menarik nafas panjang dan dalam akan menarik banyak oksigen ke paru-paru dan batuk  akan menekan jantung yang membuat darah tersirkulasi, serta tetap jaga kesadaran dengan cara menggaruk-garuk di jari kelingking  dengan ibu jari.
Semoga membantu.
Widya Caraka
Widya Caraka Updated at: 14.28

0 komentar:

Posting Komentar

Silahkan berkomentar sesuai topik, gunakan kata-kata yang bijak dalam berkomentar (no iklan, no spam, no SARA). Komentar yang mengandung link aktif, akan dimasukkan ke dalam folder spam. Terimakasih.

 
Back to top